We never know when we never try – people said. And here I am, on a trial to be a better person, better example.
Ya harusnya saya banyak bersyukur, karena Tuhan Maha adil, tidak pernah tidur. Disaat yang lain mungkin sedang berjuang, Tuhan kasih saya kesempatan untuk terus memberikan yang terbaik. Meski harus ikhlas ditinggalkan kawan-kawan yang baik. Ah, tenang saja. Tujuan utamanya kan bukan mencari kawan, tapi bertahan.
Rasanya sudah hampir setahun saya gak menulis. Ada beberapa kegundahan, tapi saya akui hasrat menulis saya hilang – akhir pekan lebih banyak saya habiskan dengan, apalagi kalau bukan marathon netflix.
Dari mulai drama pengacara-pengacara ganteng, kisah khayalan seekor ikan yang bisa bicara, tentang enam sahabat di kota besar, sampai yang saat ini saya gandrungi, flashback cerita lima sahabat dengan intriknya masing-masing. Netflix membuat saya menyadari, ternyata saya masih suka menonton drama. Ternyata saya masih bisa tertawa menangis dan terhanyut di cerita-cerita itu. Sedikit banyak menyadarkan sisi humanis saya belum tergerus oleh sabun antiseptik yang saat ini selalu saya bawa kemana-mana. Dan ternyata tidak hanya netflix, tapi juga Apple TV+, Disney+, dan HBO Go. Hedeeh, pandemi membuat saya ketagihan layanan streaming TiVi.
Belakangan ini, mendadak juga beberapa orang jadi punya hobi baru. Memasak, bercocok tanam, menjahit, sampai membuat dan mengikuti webinar. Saya termasuk tipe yang mendadak punya hobi baru juga: berolahraga. Bagus dong? Ya! Setelah 27 tahun benci olahraga karena selalu mudah kelelahan, mendadak demi menyambut ulang tahun ke-28, saya pengen menghadiahkan raga sehat. Total sekitar 100 hari lebih saya sudah menggandrungi jalan pagi setiap hari, langkah 7000 per hari, serta yoga rutin seminggu dua kali.
Diet? Sesuatu yang saya hindari karena beberapa kali niat diet tapi malah sakit mendatangi. Saya akhirnya coba mengurangi porsi makan. Biasanya selalu irit lauk banyak nasi, sekarang makan nasi bisa dihitung berapa sendok makan aja. Ternyata ini definisi berhenti makan sebelum kenyang. Definisi lebih belajar mindful saat ambil makanan di piring, saat menyuap makanan ke mulut, saat mengunyah makanan, dan saat menelannya. Ternyata gak perlu sampai benar-benar full, perut juga sudah kenyang.
Oh jangan tanya hasilnya. Awal Juni sampai saat ini angka timbangan saya masih sama – tapi saya merasa bodo amat. Yang penting saya gak mudah lelah sekarang, kuat berjalan 30-50 menit tanpa istirahat, dan bisa tahan makan sedikit. Ada yang bilang mungkin karena muscle saya nambah, ada yang menyarankan ukur lingkar perut. Buat saya, bisa bertahan sehat melewati pandemi ini sudah blessing banget. Bisa saling jaga dengan keluarga, berguna untuk mereka.
Tapi naif rasanya kalau sampai saya gak cerita tentang saya yang akhirnya sakit. Setelah jumawa mengakui hal-hal di atas, sekitar 4 hari yang lalu mendadak low back saya pain sekali. Saya masih ingat persis niat 3km jalan pagi saya, langsung putar rute di 2,5km saja. Pulang rasanya sudah gak kuat mau ngantor – tapi ingat di kantor ada perayaan di siang harinya. Inilah low back pain pertama saya, di 28 tahun. Usut punya usut, betul ternyata kejumawaan saya yang membawa cidera saya. Saya selalu skip pemanasan dan pendinginan sebelum olahraga. Ya bagian dari teguran kecil Tuhan supaya saya gak jumawa terus. Alhasil, seminggu ini saya distop aktivitas fisiknya. Semoga semangat tetap membara ya, diriku.
Selain olahraga dan netflix, sempat juga saya belajar bercocok tanam, walau jangankan tumbuh; rasanya bibit-bibit itu lebih memilih dipelihara yang lain daripada oleh saya. Alias gagal total, bro! Sudah lah, saya balik menjadi budak kochenk aja, dicakar dan alergi bulu gak seberapa, yang penting dia tumbuh sehat.
Sepertinya cukup update dan excuse saya di kali ini. Dimanapun Anda baca ini, tetap jaga protokol kesehatan, ya. Saya rindu sekali kumpul dengan keluarga saya.